Dongeng tentang Organ-organ Sisa. Seorang ahli Evolusi yakni Charles Darwin menduga
dan kemudian menganggapnya sebagai suatu keyakinan bahwa semua kehidupan yang
ada di bumi adalah sebagai suatu hasil mutasi yang tak disengaja yang diseleksi
oleh alam.
Pemahaman Darwin (darwinisme) ini kemudian diikuti oleh para
pengikutnya, yang terkenal dengan sebutan evolusionis. Harun Yahya dalam
artikelnya “Satu Bantahan Lagi Terhadap Dongeng tentang Organ Sisa”
mengungkapkan, “pemikiran seperti ini berjuan membantah adanya perancangan,
pemikir Darwinis mencari-cari cacat pada keseluruhan seluk-beluk yang saling
terkait dari makhluk hidup.
Dari Darwin hingga Dawkins, berulang-ulang, sikap
dogmatis ini telah membuat evolusionis tersebut bersikukuh tentang keberadaan
struktur cacat dan organ-organ sisa (vestigial) "yang tidak memuliki kegunaan",
yang bersifat praduga, pada makhluk hidup.
Namun, berkali-kali juga, pengakuan
berani dari para evolusionis tersebut ternyata malah menjadi bukti ketidaktahuan
mereka. Organ-organ sisa yang diduga [sia-sia] tersebut kemudian ditemukan
memerankan fungsi sangat penting dan keseluruh pendapat mengenai "organ sisa"
ternyata merupakan buah pikiran yang keliru”.
Organ vestigial atau organ sisa, menurut
darwinisme merupakan organ-organ yang diduga tidak memiliki fungsi sehingga
disebut sisa, kenyataannya satu demi satu, ternyata merupakan organ-organ dengan
fungsi yang belum ditemukan. Sebuah daftar organ-organ sisa yang dibuat oleh
ahli anatomi Jerman, R. Wiedersheim pada tahun 1895 memuat sekitar 100 struktur,
termasuk usus buntu dan tulang ekor.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
ditemukan bahwa semua organ dalam daftar Wiedersheim ternyata memiliki fungsi
amat penting. Misalnya saja, telah ditemukan bahwa usus buntu, yang disangka
"organ sisa", kenyataannya merupakan bagian dari sistem limfatik.
Sebuah
publikasi kedokteran pada tahun 1997 menyebutkan bahwa, "organ dan jaringan
tubuh lainnya – thymus, hati, limpa, usus buntu, sumsum tulang, dan sejumlah
kecil jaringan limfatik seperti amandel di tenggorokan dan bintik-bintik Peyer
di dalam usus halus – juga merupakan bagian dari sistem limfatik. Sistem ini
juga membantu tubuh melawan infeksi.
Amandel, yang terdaftar juga dalam list organ sisa
yang disusun Wiedersheim, ternyata mempunyai peranan penting dalam melindungi
tenggorokan melawan infeksi, terutama hingga usia remaja. Telah ditemukan bahwa
tulang ekor pada bagian bawah dari ruas tulang belakang menyangga tulang-tulang
di sekitar panggul dan merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil dan
karena alasan ini, tidaklah mungkin untuk duduk nyaman tanpa tulang ekor.
Selanjutnya thymus (kelenjar
kecil yang terletak di dada bagian atas di bawah tulang dada, merupakan bagian
dari sistem limfatik) disadari membangkitkan kerja sistem
kekebalan di dalam tubuh manusia dengan memicu bekerjanya sel-sel T, ada lagi
yang dianggap organ-organ sisa, seperti kelenjar pineal, kelenjar tiroid dan
kelenjar pituitari ternyata memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh.
Begitu pun kelopak mata, yang dianggap sebagai organ sisa oleh Darwin, diketahui
ternyata bertugas membersihkan dan meminyaki mata.
Pengurangan yang berkelanjutan pada daftar organ
sisa merupakan akibat dari kenyataan bahwa ini merupakan pendapat yang
disebabkan karena ketidaktahuan. Sejumlah evolusionis yang lebih bijak juga
menjadi sadar akan kenyataan ini. S. R. Scadding, ia sendiri seorang
evolusionis, pernah menulis dalam artikelnya "Can vestigial organs constitute
evidence for evolution?" [Dapatkah Organ-organ Sisa Menjadi Bukti bagi Evolusi]
yang diterbitkan dalam jurnal Evolutionary Theory [Teori
Evolusi]:
Dikarenakan tidak mungkin untuk secara pasti
mengenali bentuk-bentuk tak berguna, dan dikarenakan rumusan pendapat yang
digunakan secara ilmiah tidak dapat diterima, saya menyimpulkan bahwa "organ
sisa" tidak dapat memberi bukti khusus bagi teori evolusi. Harun Yahya.
KAKI KUDA
Bantahan terkini terhadap kisah tentang organ
peninggalan datang dari sebuah penelitian terbaru tentang kaki kuda. Sebuah
tulisan pada majalah Nature terbitan tanggal 20-27 Desember 2001, berjudul:
"Biomechanics: Damper for Bad Vibrations" [Biomekanika: Peredam untuk Getaran
yang Membahayakan], menyatakan bahwa,
"Sejumlah serat otot pada kaki-kaki kuda
tampak seperti sisa peninggalan evolusi tanpa kegunaan. Namun kenyataannya
[serat-serat otot] tersebut mungkin berperan meredam getaran bersifat merusak
yang muncul pada kaki ketika kuda berlari."
Tulisan tersebut berbunyi:
Kuda dan unta memiliki otot-otot pada kaki-kaki
mereka dengan tendon yang panjangnya melebihi 600 -milimeter dan terhubungkan
dengan serat-serat otot yang panjangnya kurang dari 6 milimeter. Otot-otot
pendek semacam itu dapat memanjang hanya sampai beberapa milimeter saja ketika
sang hewan bergerak, dan tampaknya mustahil memiliki banyak kegunaan bagi
mamalia besar.
Tendon-tendon tersebut berfungsi sebagai pegas-diam, dan dianggap
bahwa serat-serat otot pendek tersebut berlebih, sisa peninggalan dari
serat-serat lebih panjang yang telah kehilangan perannya selama berlangsungnya
peristiwa evolusi. Tetapi Wilson dan rekan-rekannya membantah... bahwa
serat-serat ini mungkin melindungi tulang dan tendon dari getaran-getaran yang
dapat merusak...
Percobaan-percobaan mereka menunjukkan bahwa
serat-serat otot pendek dapat meredam getaran merusak yang muncul karena
tumbukan kaki pada permukaan tanah. Ketika kaki seekor hewan yang sedang berlari
menumbuk tanah, benturan tersebut mengakibatkan kaki bergetar; frekuensi getaran
tersebut cukup tinggi – misalnya, 30-40 Hz pada kuda – pengulangan getaran akan
terjadi berkali-kali ketika kaki sedang menginjak tanah jika tidak ada
peredam.
Getaran tersebut berkemungkinan menyebabkan
kerusakan, karena tulang dan tendon rentan terhadap kerusakan akibat
kelelahan-berlebih. Kelelahan-berlebih pada tulang dan tendon merupakan kumpulan
kerusakan akibat tegangan atau tekanan yang dikenakan berulang-ulang.
Kelelahan-berlebih pada tulang adalah penyebab keretakan akibat tekanan atau
tegangan yang diderita baik oleh olahragawan maupun kuda pacuan, dan
kelelahan-berlebih pada tendon mungkin dapat menjelaskan setidaknya beberapa
kasus radang tendon. Wilson dkk. berpendapat bahwa serat-serat otot yang sangat
pendek tersebut melindungi baik tulang maupun tendon dari kerusakan akibat
kelelahan-berlebih dengan meredam penuh getaran...
Singkatnya, pengamatan lebih dekat pada anatomi
kuda mengungkap bahwa bagian-bagian tubuh yang dianggap tidak memiliki peran
oleh para evolusionis, mempunyai peran yang sangat penting.
Dengan kata lain, kemajuan ilmiah menunjukkan bahwa apa yang dianggap sebagai
bukti evolusi ternyata merupakan bukti bagi perancangan.
Para evolusionis seharusnya mengambil petunjuk
dari kenyataan ini, jika mereka mau. Ulasan berikut ini yang dimuat dalam
majalah Nature terlihat masuk akal:
Wilson dkk. telah menemukan satu peran penting
dari sebuah otot yang tampak sebagai sisa dari sebuah bagian yang telah
kehilangan kegunaannya selama berlansungnya peristiwa evolusi. Penelitian mereka
membuat kita bertanya-tanya apakah organ-organ sisa lain (seperti usus buntu
manusia) terlihat pula tidak memiliki kegunaan.
Hal ini tidaklah mengejutkan. Semakin banyak kita
belajar tentang alam, semakin banyak pula kita saksikan bukti ciptaan Allah.
Sebagaimana Michael Behe katakan, "kesimpulan tentang perancangan datang bukan
dari apa yang kita tidak tahu, akan tetapi dari apa yang telah kita pelajari
selama lebih dari 50 tahun yang lalu."
Dan Darwinisme ternyata merupakan sebuah pendapat yang berakar dari
ketidaktahuan, atau, dengan kata lain, sebuah "ateisme yang berasal dari jurang
ketidaktahuan"
Sumber: info@harunyahya.com
Keterangan:
Timus adalah kelenjar kecil yang terletak di dada
bagian atas di bawah tulang dada, merupakan bagian dari sistem limfatik.
Fungsinya membuat sel-sel darah putih, disebut limfosit T, yang melindungi tubuh
terhadap infeksi.
Kelenjar pineal, kelenjar sistem endokrin
berbentuk pinus kerucut, merupakan bagian yang sangat penting dari otak yang
diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin besar yang
terletak di pangkal leher bagian depan, di bawah lapisan kulit dan otot.
Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu dengan dua sayap yang merupakan lobus tiroid
kiri dan kanan di sekitar trakea. Kelenjar ini dikontrol oleh kelenjar
pituitari
Kelenjar pituitari, disebut juga hipofisis, adalah
kelenjar master; kelenjar yang dirangsang oleh hipotalamus dan mengontrol semua
fungsi hormonal. Terletak di dasar otak tepat di bawah hipotalamus, kelenjar ini
mengatur banyak produksi hormon besar di seluruh tubuh termasuk gonad, kelenjar
adrenal, dan kelenjar tiroid.
kelenjar pineal bertugas mengeluarkan sejumlah
hormon penting, kelenjar tiroid sangat berperan dalam menjaga pertumbuhan
teratur pada bayi dan anak, dan kelenjar pituitari bertugas memastikan
bekerjanya secara benar dari banyak kelenjar hormon.
Semoga artikel Dongeng tentang Organ-organ Sisa yang telah kita kutip di atas tadi tetap memiliki manfaat yang sempurna untuk kita semua. Selamat Membaca!
Labels:
Non Katagori
Thanks for reading Dongeng tentang Organ-organ Sisa. Please share...!
0 Comment for "Dongeng tentang Organ-organ Sisa"