Masuknya Belanda Pasca Proklamasi
Setelah kekalahan Jepang oleh Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat,
terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia karena pihak Sekutu sebagai pemenang
perang belum tiba di Indonesia. Kesempatan ini digunakan oleh para pejuang
Indonesia melucuti Jepang dan sekaligus memproklamirkan kemerdekaan negara
Republik Indonesia. Tak lama kemudian Sekutu tiba di Indonesia dan memboceng
NICA (Belanda) yang ingin mengulang kembali penjajahannya di Indonesia. Untuk
melaksanakan maksudnya tersebut kemudian Belanda melancarkan Agresi Militer I
dan II terhadap Indonesia. Nah, untuk mengetahui lebih jelas tentang itu, pada
kesempatan ini saya akan membahas tentang Peristiwa Agresi Militer Belanda Pertama.
Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) adalah komando khsusus bentukan Sekutu di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philips Cristison tiba di Jakarta pada tanggal 15 September 1945. AFNEI masuk ke Indonesia dengan tugas melucuti senjata dan mengambil alih kekuasaan Jepang di Indonesia, kemudian memulangkan tentara Jepang yang telah takluk ke negaranya. Ternyata kedatangan AFNEI ini membonceng NICA (Netherlands Indies Civil Administration) - Belanda - yang sangat bernafsu ingin kembali mencengkramkan kekuasaannya di bumi nusantara.
NICA di bawah pimpinan Van Mook dan wakilnya Van der Plas, kemudian mempersenjatai KNIL (
het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda).
dan bersama-sama membuat kerusuhan diberbagai daerah. Hal inilah kemudian yang menyulut perlawanan rakyat di seluruh nusantara terhadap Sekutu terutama NICA. Apalagi masyarakat sudah mengetahui maksud sebenarnya kedatangan NICA yang dibonceng Sekutu.
Latar Belakang Agresi Militer Belanda Pertama
Perselisihan penafsiran antara Belanda dan Indonesia tentang isi perundingan Linggarjati membuat ketegangan semakin memuncak. Belanda melanggar perjanjian
Linggarjati dan Letnan Gubernur Jenderal Dr. H.J. van Mook, pada tanggal 15
Juli 1947 mengeluarkan ultimatun supaya RI menarik mundur pasukannya sejauh 10
km dari garis demarkasi. Ultimatun tersebut langsung direspon oleh Pemerintah RI
dengan menolak peringatan tersebut.
Tolakan ini memberikan alasan bagi pemerintah Hindia Belanda untuk menyerang
wilayah-wilayah yang dikuasai RI. Sebenarnya yang menjadi alasan utama van Mook
melakukan agresi ini adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan
daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Penyerangan ini
disebutnya sebagai Aksi Polisinil yang merupakan urusan dalam negeri sediri,
bukan tindakan seorang agresor yang menginvasi kedaulatan bangsa lain. Hal itu
dinyatakan oleh HJ. Van Mook pada saat konfrensi pers di istana pada tanggal 20
Juli 1945. Konfrensi pers ini dilakukan sebagai upaya Belanda untuk mengelabui
dan menutupi tindakannya yang sebenarnya dari dunia internasional.
Memulaikan Serangan
Agresi militer Belanda pertama ini dimulai pada tanggal 21 Juli 1945.
Serangan dilakukan secara tiba-tiba pada malam hari, di saat pasukan RI lengah
dan tidak menduga serangan tersebut. Walaupun begitu tentara Indonesia tetap
memberikan perlawanan gigih menghadapi pasukan Belanda yang didukung oleh
persenjataan-persenjataan canggih pada waktu itu, termasuk persenjataan berat
yang dihibahkan oleh Inggris dan Australia. Tentu saja serangan ini membuat
tentara Indonesia tercerai-berai dan mundur. Akhirnya Belanda berhasil menguasai
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Persenjataan Belanda pada waktu agresi ini sangat lengkap dan modern dengan
jumlah prajurit lebih dari 200.000 orang, ini diperkuat lagi dengan mengerahkan
pasukan khsusus tentara Belanda, seperti Korps Speciale Troepen (KST) yang
dipimpin oleh Kapten Westerling sang pembantai rakyat sipil, dan pasukan Para I
(1e para campagnie) yang dikomandani oleh Kapten C. Sisselaar. Melihat fakta
ini, Belanda memang sudah menyiapkan serangan ini dari jauh sebelumnya.
Agresi militer Belanda I ini terbilang cukup sukses, dengan target
utama serangan di tiga tempat (Sumatera Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Timur),
Belanda berhasil menguasai wilayah-wilayah sangat penting dan kaya seperti kota
pelabuhan, perkebunan seperti perkebunan tebu dan pabrik gula, dan menguasai
pertambangan.
Melihat kondisi tersebut, para prajurit Indonesia di bawah komando Jenderal
Besar Sudirman berusaha membangun dan menjalin koordinasi antar satuan dan
membentuk daerah pertahanan baru. Dengan menggunakan taktik gerilya akhirnya
ruang gerak militer Belanda berhasil dibatasi, hanya sebatas kota-kota besar
sedangkan di luar itu masih berada pada kekuasaan tentara Republik
Indonesia.
Reaksi PBB dan Masyarakat Internasioal
Sunggut tidak disangka-sangka sama sekali oleh pihak Belanda bahwa belang dan
akal bulus mereka diketahui oleh masyarakat internasiona. Apa yang semula
ditutup-tutupi dengan aksi polisonil terungkap jelas sudah. Masyarakat
internasional banyak yang mengecam tindakan tersebut. Inggris yang menjadi induk
semangnya juga tidak menyetujui aksi brutal Belanda tersebut. Sebelumnya
pemerintahan RI sudah mengajukan aduan secara resmi kepada PBB atas pelanggaran
perjanjian Linggarjati oleh Belanda ke PBB. Dan kemudian atas permintaan India
dan Australia, masalah agresi I masuk ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB pada
tanggal 31 Juli 1947, selanjutnya ditindak lanjuti dengan mengeluarkan Resolusi
No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata
dihentikan.
<Ketiga paragraf di bawah ini merupakan kutipan dari wikipedia Indonesia>
Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini
terbukti dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara
resmi menggunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies.
Sejak resolusi pertama, yaitu resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kemudian
resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 Agustus 1947, resolusi No. 36 tanggal 1
November 1947, serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
selalu menyebutkan konflik antara Republik Indonesia dengan Belanda sebagai
The Indonesian Question.
Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah
Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk
menghentikan pertempuran.
Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda
menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata, dan pada 25
Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah
konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sebagai
Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk
Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), karena
beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia
yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang netral.
Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland
dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.
Demikianlah dengan campur tangan dari PBB khususnya Dewan Keamanan PBB Agresi
Militer Belanda Pertama ini dapat dihentikan, tetapi keadaan damai dalam
gencatan senjata ini hanya sementara waktu. Sudah lazim kita tahu, negara
serakah yang mengganggap dirinya lebih kuat dalam persenjataan dan dukungan,
secara diam-diam melanggar resolusi PBB dan dibeberapa tempat secara diam-diam
masih melakukan serangan. Jadi tinggal menunggu waktu saja, agresi militer kedua
akan segera meletus, DORR….
Silahkan baca artikel selanjutnya : Diplomasi-Diplomasi Indonesia di Dunia Internasional. Terima kasih semoga bermanfaat.
Labels:
Sejarah
Thanks for reading Peristiwa Agresi Militer Belanda Pertama. Please share...!
0 Comment for "Peristiwa Agresi Militer Belanda Pertama"