Atrikel berikut ini merupakan lanjutan artikel dari Berhenti Bekerja Secara Mental yang di tulis oleh Ursula Nuber. Silahkan dibaca semoga bisa membawa perubahan yang sangat memuaskan dalam pekerjaan Anda.
Banyak politikus, ahli ilmu sosial dan usahawan melihat penyebab
makin merosotnya etika kerja dalam peninjauan kembali nilai-nilai secara umum.
“Bukannya diilhami oleh tanggung jawab kerja, pengendalian diri
dan pengabdian,” kata Elisabeth Noelle Neumann dari demoscopic Institute di
Allensbach, Jerman Barat, “banyak orang pada zaman sekarang berusaha keras mencapai
pemenuhan keinginan pribadi. Ini berarti kegiatan rekreasional dan pemanjaan diri
sendiri yang jauh dari kebosanan kerja. Akibatnya adalah sikap emosional yang
makin tidak menyukai kehidupan kerja sehari-hari.”
Ahli sosiologi Amerika John Naisbitt juga mengamati ideal baru
ini. “Karyawan masa kini telah tumbuh dalam masyarakat makmur dan mempunyai
pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya,” katanya. “Kedua
fenomena ini telah mengubah harapan hidup mereka. Etika ‘kerja harus
menyenangkan’ telah menggantikan etika puritan, yang berpendapat bahwa kerja itu
berharga dan pasti mengandung kebosanan.”
Kalau seorang pekerja mengundurkan diri, mungkin itu karena dia
merasakan adanya kesenjangan antara khayalannya dan dunia yang nyata. Dengan
suatu cara dia mengharapkan lebih banyak dari pekerjaannya daripada sekedar bisa
hidup semata-mata. Namun hari demi hari dia berhadapan dengan realitas yang
tidak memenuhi harapannya.
Sementara itu, bahkan usahawan yang konservatif menyadari bahwa
kurangnya semangat kerja bukan hanya karena kesalahan karyawan semata-mata. Para
usahawan yang maju kini sependapat dengan ahli-ahli ilmu sosial yang menyatakan
bahwa bukan hanya orang dan norma-normanya saja yang telah berubah, tetapi juga
sifat pekerjaan.
:Struktur organisasi kebanyakan perusahaan sudah sangat kuno,”
kata Raidt, “dan sampai sejauh masyarakat industri telah gagal dalam menghasilkan
gaya kepemimpinan yang baru.”
Menurut pandangan Raidt seorang suvervisor mendorong bawahannya
untuk membenci pekerjaannya dalam hati ketika dia memarahi si bawahan, tidak mau
menjelaskan keputusan atau menyalahkan karyawan kalau ada kegagalan sementara
mengambil penghargaan untuk dirinya sendiri. Bos yang terlalu sedikit memberikan informasi dan terlalu banyak mengontrol
juga menyebabkan bawahan tidak menyukainya.
Apa yang terjadi dalam eselon yang lebih rendah kerap kali
mencerminkan pada tingkat puncak. Kurangnya semangat merembes melalui
tingkat-tingkat kepangkatan dan menyebabkan timbulnya salah penilaian ketika
staf tidak lagi diberi tahu secara memadai, kebijaksanaan perusahaan mengalami
perubahan terus menerus, dan sasaran perusahaan tidak jelas bagi para
pekerjanya. Kepemimpinan yang buruk bukan hanya mengakibatkan kerugian keuangan
yang besar.
“Begitu pandangan yang tidak baik mulai berakar,” kata Raidt,
“seluruh dya kerja mengambil sikap masa bodoh.”
Mengapa banyak perusahaan gagal mengembangkan kebijaksanaan
kepemimpinan yang kuat? Salah satu alasannya adalah karena mereka terikat pada
struktur organisasi abad industri, tidak mengikuti masa peralihan menuju
masyarakat yang lebih berorientasi pada informasi.
“Kita tidak akan melihat tumbuhnya keuntungan,” Naisbitt
memperingatkan, “kalau kita tidak belajar bagaimana cara menumbuhkan
manusianya.”
Dengan demikian maka bukan manusianya yang harus berubah,
tetapi struktur organisasinya. Sistem hierarki dari abad industri harus mengalah
kepada tatanan yang lebih alami. Satuan organisasi yang lebih kecil akan
memberikan peluang yang lebih baik untuk komunikasi dan kondisi kerja yang
independen. Dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari lima sampai delapan orang,
anggotanya juga mendapatkan keuntungan bisa mengembangkan rasa saling menyukai
antara yang satu dengan lainnya.
“Anda akan memperhatikan perubahan dalam perilaku rekan sekerja
dan bisa langsung bekerja dengannya,” Raidt menjelaskan. :Dengan demikian
semakin sedikit bahaya keterasingan, lahan subur untuk sikap menjauhkan diri
secara batiniah.”
Keuntungan lainnya dari sistem satuan kecil adalah bahwa hal
itu lebih nudah bisa memuaskan keinginan dasar orang untuk memiliki kepemimpinan
aktif dan pasif.
“Kadang-kadang, bahkan mereka yang berada di puncak harus
mempunyai seseorang untuk didengarkan kata-katanya, kalau tidak mereka dengan
cepat terkena gangguan jiwa,” Raidt menekankan.
Kalau diberi kesempatan, kebanyakan karyawan akan
memperlihatkan kecakapan kerja dan kreativitas. Bagaimana pun juga, di luar
perusahaan mereka harus membuat keputusan yang benar-benar hasil pemikirannya
sendiri. Dalam buku larisnya, In Search of Excellence, pengarang Thomas J.
Peters dan Robert H. Waterman menyatakannya dengan cara ini : “Apakah itu yang
seketika setelah melalui pintu gerbang pabrik membuat seseorang laki-laki
menjadi seorang anak? Beberapa saat sebelumnya dia seorang ayah, seorang suami,
seorang pemilik rumah, seorang pemilih, seorang dewasa. Ketika dia bicara,
sekurang-kurangnya beberapa orang akan mendengarkan. Penjual tunduk kepada
kemauannya. Orang asuransi menghargai tanggung jawab keluarganya, gereja meminta
bantuannya ....”
Kalau kemampuan kebanyakan pria dan wanita yang hanya bisa
diterapkan di luar tempat kerjanya saja lebih banyak digunakan secara umum, maka
masalah sikap menjauhkan diri secara batiniah tidak lama lagi mungkin akan
lenyap.
“Sudah tiba waktunya,” kata Raidt, “untuk membalikkan kata-kata
yang dinyatakan oleh Lenin dan mengatakan, ‘Kontrol mungkin baik, tetapi
kepercayaan lebih baik lagi.
Selesai. Terima kasih.
SILAHKAN DIBACA JUGA : BANGUNKAN HIDUP ANDA, ANTUSIASME.
Selesai. Terima kasih.
SILAHKAN DIBACA JUGA : BANGUNKAN HIDUP ANDA, ANTUSIASME.
Labels:
Non Katagori
Thanks for reading Lanjutan : Berhenti Bekerja Secara Mental. Please share...!
2 Comment for "Lanjutan : Berhenti Bekerja Secara Mental"
Artikel yang sangat bermanfaat!
Terima kasih gan seringnya!
ya sama-sama. Semoga bermanfaat!