Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Pendirinya adalah K.H. Ahmad Dahlan. Tokoh Muhammadiyah selain Ahmad Dahlan adalah di antaranya Sujak, Fachruddin, Tamim, Hisyam, Syarkawi, dan Abdul Candi.
Organisasi Islam Muhammadiyah ini baru mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 22 Agustus 1914. Tujuan utama organisasi keagamaan ini adalah untuk memperbaharui pengamalan agama Islam di Indonesia, dan bertujuan untuk menentang usaha-usaha Kristianisasi yang dilakukan misionaris Barat yang sangat gencar waktu itu.
Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi Islam pembeharu, artinya mereformis atau memperbaharui pemikiran umat Islam baik tentang pengamalan maupun pemahaman Islam disesuaikan dengan keadaan zaman yang berkembang pada saat itu. Inilah kemudian yang menjadi alasan utama organisasi Muhammadiyah kurang atau tidak mendapatkan simpati dari umat Islam. Ide pembaharuan yang dibawa mendapat tentangan dari tokoh-tokoh lokal dan pejabat-pejabat kerajaan.
Walaupun demikian para pendiri dan tokoh organisasi ini tetap konsiten, dan pada akhirnya walaupun dengan lamban sekali di tahun 1921 ogranisasi Islam Muhammadiyah ini mulai mampu mengembangkan sayapnya di sekitar Jawa. Dan akhirnya masih pada tahun yang sama Muhammadiyah juga, mulai merambah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Dan pada tahun 1925 organisasi Muhammadiyah memiliki 29 cabang di Indonesia dengan anggota kurang lebih 4.000 orang anggota.
Di Minagkabau, diperkenalkan dan dikembangkan oleh Haji Rasul pada tahun 1925. Interaksinya dengan kelompok pembaharu di Minangkabau menyebabkan Muhammadiyah berkembang pesat di daerah itu. Menyebabkan jumlah dari anggota Muhammadiyah berlipat ganda dari jumlah sebelumnya yang 4.000 orang.
Terhitung pada tahun 1930 jumlah anggota organisasi Islma ini sebanyak 24.000 orang, tahun 1935 berjumlah 43.000 orang, di tahun 1938 jumlah anggota sebanyak 250.000 orang. Mengelola 834 masjid dan memiliki 5.516 orang mubalig pria dan 2.114 mubalig wanita.
Ciri khas Muhammadiyah yang modern dan rasional bisa dilihat dari arah gerakannya. Organisasi ini lebih condong pada upaya penyiapan sumber daya manusia yang tangguh. Inilah yang membedakannya dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam. Muhammadiyah memang bergerak di bidang kesejahteraan sosial, dakwah, dan pendidikan Islam.
Sejak saat itulah (Tahun 1925) sejarah Islam modern di Indonesia diwarnai oleh pergerakan persyarikatan Muhammadiyah. Tokoh-tokoh Organisasi Islam Muhammadiyah seperti K.H. Mas Mansyur, Kahar Muzakir, dan Sukiman Wirjosandjojo mensponsori Partai Islam Indonesia Tahun 1930.
Organisasi Islam Muhammadiyah ini baru mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 22 Agustus 1914. Tujuan utama organisasi keagamaan ini adalah untuk memperbaharui pengamalan agama Islam di Indonesia, dan bertujuan untuk menentang usaha-usaha Kristianisasi yang dilakukan misionaris Barat yang sangat gencar waktu itu.
Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi Islam pembeharu, artinya mereformis atau memperbaharui pemikiran umat Islam baik tentang pengamalan maupun pemahaman Islam disesuaikan dengan keadaan zaman yang berkembang pada saat itu. Inilah kemudian yang menjadi alasan utama organisasi Muhammadiyah kurang atau tidak mendapatkan simpati dari umat Islam. Ide pembaharuan yang dibawa mendapat tentangan dari tokoh-tokoh lokal dan pejabat-pejabat kerajaan.
Walaupun demikian para pendiri dan tokoh organisasi ini tetap konsiten, dan pada akhirnya walaupun dengan lamban sekali di tahun 1921 ogranisasi Islam Muhammadiyah ini mulai mampu mengembangkan sayapnya di sekitar Jawa. Dan akhirnya masih pada tahun yang sama Muhammadiyah juga, mulai merambah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Dan pada tahun 1925 organisasi Muhammadiyah memiliki 29 cabang di Indonesia dengan anggota kurang lebih 4.000 orang anggota.
Di Minagkabau, diperkenalkan dan dikembangkan oleh Haji Rasul pada tahun 1925. Interaksinya dengan kelompok pembaharu di Minangkabau menyebabkan Muhammadiyah berkembang pesat di daerah itu. Menyebabkan jumlah dari anggota Muhammadiyah berlipat ganda dari jumlah sebelumnya yang 4.000 orang.
Terhitung pada tahun 1930 jumlah anggota organisasi Islma ini sebanyak 24.000 orang, tahun 1935 berjumlah 43.000 orang, di tahun 1938 jumlah anggota sebanyak 250.000 orang. Mengelola 834 masjid dan memiliki 5.516 orang mubalig pria dan 2.114 mubalig wanita.
Ciri khas Muhammadiyah yang modern dan rasional bisa dilihat dari arah gerakannya. Organisasi ini lebih condong pada upaya penyiapan sumber daya manusia yang tangguh. Inilah yang membedakannya dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam. Muhammadiyah memang bergerak di bidang kesejahteraan sosial, dakwah, dan pendidikan Islam.
Sejak saat itulah (Tahun 1925) sejarah Islam modern di Indonesia diwarnai oleh pergerakan persyarikatan Muhammadiyah. Tokoh-tokoh Organisasi Islam Muhammadiyah seperti K.H. Mas Mansyur, Kahar Muzakir, dan Sukiman Wirjosandjojo mensponsori Partai Islam Indonesia Tahun 1930.
Labels:
Pengayaan
Thanks for reading Organisasi Islam Muhammadiyah. Please share...!
0 Comment for "Organisasi Islam Muhammadiyah"