Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif atau yang biasa disebut Active
Learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
berperan secara aktif dalam pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar
peserta didik ataupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran
(Hamruni, 2009).
Active learning muncul pertama kali diperkenalkan oleh
Mel Silberman. Active learning memiliki nilai karekter inti yaitu peserta
didik mampu mengaktualisasikan diri secara aktif dalam proses pembelajaran.
Aktif di sini merupakan cerminan kerja keras, kemandirian, tanggung jawab dan
hasrat ingin tahu.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif ini, diharapkan
dapat merangsang dan meningkatkan daya intelektual peserta didik, karena peserta
didik tidak lagi pasif, tidak lagi menjadi objek pembelajaran yang hanya
mendengarkan dan menampung apa yang dipaparkan oleh guru.
Mengingat active learning berasal dari Barat yang secara kultur
akademik lebih maju (mis. minat baca yang sangat tinggi) dari Indonesia, maka
active learning perlu disesuaikan dengan kultur akademik di Indonesia. Bentuk
penyesuaian tersebut diantaranya adalah mempersyaratkan peserta didik membaca
buku-buku terkait (misalnya 5 buku) sebelum menggunakan active learning
supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki beberapa
karekteristik sebagai berikut:
1. Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian
materi oleh guru. Proses ini merupakan upaya penanaman nilai kerja keras kepada
peserta didik. Proses pembelajaran tidak lagi sekedar transfer of
knowledge atau transfer ilmu pengetahuan, melainkan lebih kepada transfer
of value atau transfer nilai. Nilai yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai
karekter secara luas, salah satunya adalah rasa ingin tahu.
2. Peserta didik tidak boleh pasif, tetapi harus aktif
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Aktif dalam
konteks ini merupakan upaya penanaman nilai tanggung jawab, dimana peserta didik
harus mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak sekedar
diketahui.
3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap
berkenaan dengan materi pelajaran yang dipandang selaras dengan pandangan
hidupnya. Pola pembelajaran ini merupakan proses pembentukan sikap secara
matang.
4. Peserta didik lebih banyak dituntut berfikir kritis,
menganalisis dan melakukan evaluasi daripada sekedar menerima teori dan
menghafalnya. Tuntutan ini merupakan aktualisasi lebih lanjut mengenai nilai
karekter "rasa ingin tahu", sehingga peserta didik tidak anti realiitas karena
berpandangan bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan teori yang
dipelajari dan dihafal, yang mengakibatkan peserta didik mudah terprovokasi oleh
informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya terpenuhinya
tuntutan dalam pembelajaran ini (kritis-analisis) akan menghindarkan peserta
didik dari tindakan brutal dan membabi buta atau ikut-ikutan, misalnya tawuran
seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
5. Umpan balik dan proses dialetika yang lebih cepat akan
terjadi pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang dialogis, secara tidak
langsung membentuk karekter peserta didik yang demokratis, pluralis, menghargai
perbedaan pendapat, inklusif, terbuka dan humanitas tinggi.
Di samping karekteristik di atas, secara umum suatu proses
pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama,
interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menumbuhkan
positive interdependence, dimana konsolidasi pengetahuan yang
dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif
dalam belajar. Kedua, setiap indipidu harus terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, dan guru harus mendapatkan penilaian dari peserta didik sehingga
terdapat individual accountability. Ketiga, proses
pembelajaran aktif memerlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan
memupuk social skills. (Suyadi, M.Pd.I, Januari 2013)
Labels:
Metode Pembelajaran
Thanks for reading Pembelajaran Aktif. Please share...!
0 Comment for "Pembelajaran Aktif"